Warning


SELAMAT DATANG CALON SANTRI BARU ANGKATAN KEDUA
PESANTREN MBS CILACAP

Kamis, 20 November 2014

KEJUJURAN

KEJUJURAN
Oleh: H. Nanang Suswanto, S.IP, M.Pd
(Kepala SDN Pangebatan 01 Bantarkawung Brebes)

 A.     Pendahuluan
Sekolah merupakan suatu wadah untuk menciptakan sosok manusia yang berpendidikan tanpa melihat latar belakang siswa yang terlibat di dalamnya, baik dari segi budaya, sosial maupun ekonomi. Sekolah menjadi suatu organisasi yang dirancang untuk dapat memberikan kontribusi dalam upaya peningkatan kualitas hidup masyarakat luas. Keharusan sekolah untuk menumbuhkan dan mengembangkan budaya yang kondusif bagi peningkatan efektivitas sekolah pada umumnya dan  efektivitas  pembelajaran pada  khususnya, yang berpusat pada pengembangan peserta didik, lingkungan belajar yang kondusif,  penekanan pada pembelajaran.
Relasi pendidikan antara pendidik dengan anak didik merupakan hubungan yang membantu karena selalu diupayakan agar ada motivasi pendidik untuk mengembangkan potensi anak didik dan membantu anak didik untuk memecahkan masalahnya.  Di keluarga, relasi antara orang tua dengan anak-anak merupakan relasi yang membantu. Karena itu orang tua harus dengan sadar untuk mengembangkan potensi anak. Cara utama adalah orang tua menciptakan situasi rumah yang kondusif untuk berkembang, belajar, berinisiatif, berkreatif  dan  sebagainya.
Dunia pendidikan kita menghadapi berbagai masalah yang sangat kompleks yang perlu diperhatikan. Salah satu masalah tersebut adalah menurunnya tata karma kehidupan sosial dan etika moral dalam praktek kehidupan sekolah yang mengakibatkan sejumlah tanggapan negatif yang amat merisaukan masyarakat. Dalam hal ini sangat berhubungan dengan iklim sekolah jikalau hubungan sosial di sekolah kurang baik, maka tidak ada saling hormat kepada kepala sekolah dengan guru, guru dengan pengawai sekolah, guru dengan murid, murid dengan murid lainnya, kurang disiplin, kurang sopan berpakaian, kurang disiplin menggunakan waktu dan tidak mengindahkan peraturan yang sudah dibuat. Kurang memelihara keindahan dan kebersihan lingkungan sekolah baik itu ruangan kelas siswa, maupun ruangan lainnya, perkelahian antar pelajar dan menggunakan obat terlarang. Jikalau iklim sekolah kurang diperhatikan maka sangat mempengaruhi hasil akademik siswa terutama nilai prestasi yang diterima akan tidak jujur, kurangnya disiplin sekolah, sehingga siswa yang berhasil melalui cara-cara yang tidak jujur dengan cara menyontek karya orang atau plagiasi hasil karya akademiknya, akan senantiasa dirasakan dalam bentuk ketidakcakapan (incompetency) dalam dunia kerja atau dalam praktek-praktek lainnya dalam kehidupannya kelak. Dengan kata lain, bisa jadi ia berhasil dalam nilai yang bagus, namun tidak akan mendapat tempat dalam kapasitas hidupnya dimata orang lain, lebih-lebih dalam dunia kerja. Sebab nilai yang diperoleh adalah palsu.
Nilai kejujuran merupakan nilai yang paling mendasar dalam lingkungan sekolah, baik kejujuran pada diri sendiri maupun kejujuran kepada orang lain. nilai kejujuran tidak terbatas pada kebenaran dalam melakukan pekerjaan atau tugas tetapi mencakup cara terbaik dalam membentuk pribadi yang obyektif. tanpa kejujuran, kepercayaan tidak akan diperoleh. oleh karena itu budaya jujur dalam setiap situasi dimanapun kita berada harus senantiasa dipertahankan. Jujur dalam memberikan penilaian pada siswa, jujur dalam mengelola keuangan, jujur dalam penggunaan waktu serta konsisten pada tugas dan tanggung jawab merupakan pribadi yang kuat dalam menciptakan budaya sekolah yang baik. suasana yang baik sangat mendukung terciptanya sekolah yang bermutu. Walaupun sarana prasarana lengkap dengan adanya guru yang profesional jika suasana sekolah kurang baik maka sulit sekali sebuah lembaga sekolahan tersebut menciptakan kejujuran akademik siswa.
  Faktor dari masalah dalam iklim sekolah ini adalah kurangnya kerjasama antar kepala sekolah dengan guru, guru dengan guru, dan guru dengan murid. dalam membangun iklim sekolah yang baik,  Jika  tidak ada saling kerjasama, keterbukaan, kurang harmonis dan  kurang  komunikasi yang baik maka budaya iklim sekolah tersebut tidak akan terwujud, namun sekolah tersebut menjadi kacau, tidak teratur, siswa tidak berkembang dan nama baik sekolah tersebut menjadi tidak baik.  Selain masalah kurangnya interaksi antar kepala sekolah dengan guru, dapat kita lihat masalah yang timbul di dalam sekolah kurangnya professional guru dalam membimbing anak baik itu dalam akademik maupun non akademik, kebanyakan wali kelas sibuk dengan pekerjaannya  sendiri, sehingga anak siswa tersebut tidak teratur dan tidak disiplin, berpakaian yang tidak rapi, tidak memiliki sopan santun, berantam, dan sering cabut dan masalah itu diserahkan begitu saja kepada guru BP tanda adanya kepedulian terhadap anak didiknya.


Salah satu masalah dalam kejujuran akademik ini adalah sikap kecurangan dalam menghadapi ujian maupun kegiatan akademik lainnya. Kecurangan akademik akan memunculkan dalam diri siswa perilaku atau watak yang tidak percaya diri, tidak disiplin,  tidak bertanggung jawab, tidak kreatif, tidak berprestasi, tidak mau membaca buku pelajaran tapi siswa lebih rajin membuat catatan kecil untuk bahan menyontek.
Mengingat rumitnya masalah ini, perlu ada upaya pelayanan untuk pengembangan diri dan potensi siswa yang terarah. Dewasa ini sifat kejujuran dan semangat berusaha dikalangan siswa telah semakin luntur.  Mencontek pada saat ulangan adalah perbuatan tercela, maka sebaiknya guru langsung tegas bertindak. Bukan malah memberi kebebasan anak untuk mencontek. Selain sebagai tolak ukur seberapa tingkat kepahaman anak dalam belajar, alangkah baiknya ulangan sebagai ajang kesadaran meningkatkan prestasi anak dengan kemandirian, usaha belajar dan kejujuran anak).
Manfaat pembiasaan jujur dalam menghadapi ulangan adalah  tumbuhnya budaya belajar yang tinggi pada diri anak, sehingga ada kebanggaan tersendiri ketika mampu memetik nilai yang memuaskan. Bila sikap jujur sudah terpatri, perilaku anak jadi berbeda mengarah ke akhlak yang lebih baik dan berbudi pekerti. Siswa yang  tidak lagi khawatir untuk menghadapi ujian. Mereka dengan santai dan tenang menghadapi pelajaran atau ujian walaupun tanpa persiapan. berapa banyak siswa yang tidak khawatir akan diberi sanksi oleh guru jika mereka tidak mengerjakan tugas yang diberikan oleh gurunya. berapa banyak siswa yang dengan tenangnya mencontek teman atau membuat contekan pada saat ujian agar memperoleh nilai yang memuaskan atau minimal mencapai batas ketuntasan. Sepertinya mereka tidak mengenal kata malu. mereka tidak malu untuk tidak mengerjakan tugas, tidak malu jika tidak dapat menjawab pertanyaan guru, dan tidak malu jika tidak dapat menjelaskan materi yang telah dipelajarinya, dan tidak canggung untuk mencontek pada saat ujian. Mereka enjoy saja yang penting happy seperti motto sebuah iklan produk di televisi. Yang lebih hebohnya lagi sebuah instasi pendidikan yang melakukan perbuatan curang dalam unas demi mengangkat nama baik sekolah. Contohnya guru membantu dalam mengerjakan  soal dan jawaban  disebarkan kepada siswa-siswanya, supaya nilai dari anak-anaknya baik, sehingga sekolah mendapat predikat tinggi.  Masalah ini bilamana tidak segera diatasi akan semakin mengancam kehidupan generasi bangsa kita khususnya dalam prestasi belajar siswa. 

B.     Tujuan dan Sasaran Kejujuran
Pengembangan budaya jujur dalam suatu lembaga pendidikan merupakan pelaksanaan amanat salah satu agenda reformasi birokrasi di lingkungan pendidikan sesuai dengan visi dan misi lembaga pendidikan tersebut yang dituangkan dalam konsep penataan dan pengembangan struktur organisasi sekolah. Selain itu, perumusan budaya jujur dalam suatu lembaga pendidikan merupakan upaya strategis sebagai pembentukan sikap dan perilaku kerja yang handal bagi seluruh pendidik yang didasarkan atas visi dan misi sekolah. Hasil yang diharapkan akan menjadi suatu pengembangan budaya peningkatan kinerja dan mewujudkan tata kelola sekolah yang efektif dan efisien melalui perubahan sikap dan perilaku pendidik yang jujur, disiplin, profesional, bertanggung jawab, dan produktif.
Adapun sasaran yang ingin dicapai dalam peningkatan kejujuran dalam suatu institusi pendiidkan adalah:
1.    Menanamkan budaya jujur dan disiplin yang berlandaskan visi dan misi sekolah.
2.    Memperbaiki perspektif nilai, anggapan dasar, norma, pola pikir, dan perilaku sebelumnya setiap pendidik, sehingga dapat menjaga amanah dalam melayani kebutuhan pelayanan bagi seluruh masyarakat.
3.    Membina tingkat kepekaan sosial, kreatifitas, dan produktivitas setiap pendidik dalam memperbaiki kinerja secara berkelanjutan dan mampu memberikan teladan bagi masyarakat maupun pendidik lainnya.
4.    Membangun citra pendidik yang lebih baik dan dipercaya oleh para pemangku kepentingan.
C.     Penutup
Kejujuran adalah suatu hal yang sangat diperlukan dalam diri seorang atau kelompok dalam satu kesatuan masyarakat atau organisasi dalam mewujudkan cita-citanya. Minimnya nilai-nilai kejujuran mengakibatkan gagalnya upaya organisasi tersebut untuk mencapai tujuannya secara berkesinambungan dan berkelanjutan. Hal ini pula yang perlu dilakukan setiap pendidik, sebagai satu kesatuan organisasi sekolah dalam memberikan pelayanan publik guna mewujudkan kepentingan masyarakat. Urgensi kejujuran mutlak diperlukan bagi organisasi sekolah guna membawa kepada kemakmuran dan kesejahteraan.
Adapun sifat jujur yaitu akan membuat seseorang hanya mau mengambil yang benar-benar menjadi haknya, sedangkan sifat sabar akan membuat dirinya mampu bertahan untuk tidak mengambil di luar dari hak yang sudah ditetapkan. Jujur adalah sifat yang sulit untuk dipisahkan dari kesabaran, karena kejujuran tidak bermakna tanpa adanya kesabaran dan sebaliknya kesabaran tidak memiliki arti tanpa kejujuran. Jujur dapat diartikan sebagai sifat yang tidak mendua, sehingga jauh dari pengertian yang multitafsir. Sifat jujur menjadi penting untuk menumbuhkan kepercayaan di masyarakat, sehingga setiap kebijakan yang dilaksanakan akan selalu mendapat dukungan dari masyarakat.
Semangat kejujuran ini menjadi salah satu sendi dasar untuk mewujudkan cita-cita pencapaian visi dan misi seorang pendidik menuju pribadi yang Ihsan. Implementasi sikap kejujuran harus dapat diimplementasikan oleh setiap pemimpin, aparatur, pendidik dan masyarakat sebagai pelaksana maupun penerima proses pelayanan publik. Budaya kerja pendidik sebagai fungsi pelayanan untuk pemimpin harus segera dihilangkan, dan harus segera diciptakan budaya kerja pendidik sebagai fungsi pelayanan kepada masyarakat. Karena pada dasarnya pelayanan publik itu ada karena ada kebutuhan dan keinginan masyarakat pada sektor publik, dan aparatur melaksanakan fungsi menyediakan pelayanan itu. Sedangkan kepala sekolah sebagai pimpinan sekolah adalah yang mengorganisasikan atau mengatur dalam pelaksanaan masing-masing fungsi organisasi sekolah. Jika satu dengan yang lainnya sama-sama jujur dalam bekerja maupun dalam kehidupan sehari-hari, maka pembangunan Sumber daya manusia di sebuah lembaga pendidikan akan terwujud sesuai dengan apa yang kita harapkan. Namun jika salah satunya tidak jujur, maka yang nampak dalam pelaksanaan pembangunan SDM tersebut adalah hambatan dan kendala. Pelaksanaan tugas yang disertai dengan sikap yang jujur, disiplin, dan mampu mengaktualisasikan segala jenis pekerjaan, maka dampaknya prestasi dan peningkatan kinerja akan optimal.




DAFTAR PUSTAKA

A.Z. Fitri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Nilai dan Etika di Sekolah. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Abdul Majid dan D. Handayani. 2012. Pendidikan Karakter Perspektif Islam. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Abdul Munir. 2010. Pendidikan Karakter. Yogyakarta: Pedagogia.

Candratua. 2012. Refleksi Karakter Moral. Jakarta: Pustaka Azzam.

E. Mulyasa. 2012. Manajemen Pendidikan Karakter. Jakarta: Bumi Aksara.

M. Samani dan Hariyanto. 2012. Konsep dan Model Pendidikan Karakter. Bandung: Remaja Rosdakarya.

S.A.Azhim. 2007. Jujurlah dan Allah Mencintaimu. Jakarta: al-Fikr.

Wyne. 2011. Pendidikan Karakter: Sebuah Tawaran Model Pendidikan Holistik-Intregalistik. Jakarta: Prenada Media.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar