EFEKTIVITAS ORGANISASI SEKOLAH: Model, Studi dan Proses
Oleh: Drs. EDI PRAYITNO, M.Pd
(Guru IPA SMA Negeri 1 Bumiayu Brebes)
A.
Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial pada
hakikatnya ingin hidup bermasyarakat, mempunyai kecendrungan bekerja sama dan
saling tergantung antara yang satu dengan yang lain. Banyak pekerjaan secara
individu tidak dapat dikerjakan namun dapat diselesaikan secara brsama-sama.
Organisasi merupakan wadah yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang
melakukan pekerjaan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama (Suprihanto:
2003:1).
Setiap organisasi mempunyai tujuan
yang ingin dicapai. Agar tujuan tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, maka
organisasi perlu menjalankan kegiatan-kegiatan operasional dan fungsional.
Dengan dibentuk organisasi, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab,
pelaporan, dan hubungan antara orang-orang (anggota) dalam organisasi menjadi
jelas, sehingga mekanisme menuju pencapaian tujuan organisasi semakin mudah.
Lingkungan yang selalu berubah dan
berkembang, menuntut semua organisasi untuk selalu menyesuaikan diri dengan
perubahan yang terjadi. Untuk itu organisasi yang dibentuk harus bersifat
fleksibel dan dinamis sesuai dengan kebutuhan anggota yang disesuaikan dengan
keadaan lingkungan.
Efektivitas dapat diartikan sebagai
prestasi (performance) individu, kelompok, dan organisasi. Semakin
berprestasi seseorang, kelompok, ataupun organisasi, semakin menunjukkan
efektivitasnya. Analisis terhadap perilaku organisasi terdiri dari tingkatan (level)
yaitu tingkatan individu, kelompok, dan organisasi. Tanggung jawab terhadap
ketiga tingkatan efektivitas merupakan tanggung jawab manajerial (managerial
responsibility).
Efektivitas manajemen dari berbagai
organisasi dan sumber daya manusia saat ini sedang menghadapi tantangan yang
sangat besar. Belum ada kesepakatan tentang apa dimensi atau elemen yang
dicakup konsep efektivitas, apa kriteria yang harus digunakan untuk pengukuran
efektivitas, tingkat analisis nama yang tepat, dan kelompok kegiatan organisasi
mana yang mencerminkan pusat perhatian untuk studi efektivitas.
Keberhasilan
dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak ditentukan oleh tingkat kompetensi,
profesionalisme juga komitmen terhadap bidang yang ditekuninya. Suatu komitmen
organisasional menunjukkan suatu daya dari sesorang dalam mengidentifikasikan
keterlibatan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu komitmen organisasional
akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense
of belonging) bagi pekerja terhadap organisasi. Terjadinya
perubahan-perubahan dalam organisasi juga mempunyai dampak pada terjadinya
perubahan dalam tugas dan kewajiban pegawai. Para pegawai diharapkan menjadi lebih kreatif mencari cara
baru untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja di organisasi. Ketika
organisasi mengurangi jumlah pegawai, organisasi itu akan lebih tergantung pada
pegawai yang tetap tinggal untuk melakukan hal-hal melebihi apa yang ditugaskan
kepada mereka.
Demikian
halnya dengan sikap pada budaya organisasi yang juga dipandang sebagai faktor
yang memberi pengaruh terhadap peningkatan efektivitas organisasi. Budaya
organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada
agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan
di masa yang akan datang. Budaya organisasi dapat dibentuk oleh mereka yang
terlibat dengan organisasi dengan mengacu pada etika organisasi, peraturan
kerja, dan struktur organisasi. Bersama-sama dengan struktur organisasi, budaya
organisasi membentuk dan mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku
pegawainya. Berkaitan dengan nilai profesional yang dianut, maka pegawai
seharusnya adaptif terhadap perubahanperubahan nilai budaya organisasi. Sikap
terhadap budaya organisasi menjadi lebih bermakna dalam mempercepat atau
memperlambat kemampuan adaptif ini. Apabila pegawai memiliki nilai individual
yang bertentangan dengan budaya organisasi, hal ini menunjukkan tingkat afeksi
yang rendah, demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini harus ada fakta yang jelas
bagaimana sikap pegawai terhadap budaya organisasi yang berlaku.
B.
Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan
di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1. Apa yang disebut dengan efektivitas organisasi sekolah?.
2. Bagaimana model dan proses terjadinya efektivitas
organisasi sekolah?.
C.
Pembahasan
1.
Efektivitas Organisasi
Sekolah
Efektivitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu effectiveness yang berarti efektifitas,
keefektifan, kemujaraban, kemanjuran, dan keampuhan. Effectiveness sendiri
erat kaitannya dengan kata effect dan
effective. Effect berarti
efek, akibat, kesan, kemanjuran, dampaknya, dan pengaruh. Effective berarti
efektif, manjur, ampuh, berlaku, mujarab, berpengaruh, dan berhasil guna.
Terdapat banyak rumusan efektifitas, dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia dikemukakan efektif berarti ada efeknya (akibatnya,
pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Masih menurut
Kamus Besar bahasa Indonesia, definisi efektifitas adalah sesuatu yang memiliki
pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan
keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan (KBBI, 2002: 215).
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan
yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga
berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang
diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi
unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.
Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi (1979: 387), efektivitas
berasal dari kata kerja efektif, berarti
terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam perbuatan. Setiap
pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena mungkin hasil dicapai dengan
penghamburan material, juga berupa pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya
Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi,
dimana kedua kata tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu
tindakan atau hasil yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien,
demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan
demikian istilah efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta
dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan.
Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari
usaha yang dilakukan.
Dari pengertian di atas, efektivitas dapat dikatakan
sebagai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dari dua sudut pandang. Sudut
pandang pertama, dari segi ‘hasil’
maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai. Kedua,
dari segi ‘usaha’ yang telah ditempuh
atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang ditentukan. Dengan
demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu
tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur
dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan
ukuran–ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan dalam peraturan yang
telah ditetapkan.
2.
Model dan Proses Efektivitas
Organisasi Sekolah
a.
Model
Perspektif
efektivitas dapat diidentifikasi menjadi tiga yaitu efektivitas individu,
efektivitas kelompok, dan efektivitas organisasi (Gibson,
1997: 25).
Tingkat yang
paling dasar adalah efektivitas individu, yang menekankan pada kinerja tugas
dari karyawan tertentu atau anggota organisasi. Tugas yang dikerjakan merupakan
bagian pekerjaan atau posisi dalam organisasi. Manajer secara rutin menilai
efektivitas individu melalui proses evaluasi prestasi untuk menentukan siapa
yang akan menerima kenaikan gaji, promosi, dan balas jasa lain yang tersedia
dalam organisasi (Gibson,1996:29).
Efektivitas individu berada pada bagian dasar dalam konteks
organisasi. Perspektif individu menekankan pada penampilan setiap anggota dalam
melaksanakan tugasnya. Kemampuan individu dalam melaksanakan tugasnya secara
efektif sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: keterampilan,
pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, dan tekanan atau stress.
Individu jarang
bekerja sendiri, dalam bentuk isolasi dari rekan lain dalam organisasi.
Biasanya, karyawan bekerja dalam kelompok, sehingga masih diperlukan perspektif
lain dari efektivitas yakni efektivitas kelompok. Efektivitas kelompok secara
sederhana adalah jumlah kontribusi seluruh anggota. Efektivitas kelompok adalah
lebih besar dibanding hanya penjumlah efektivitas individu karena sinergi
terbentuk malalui usaha bersama.
Perspektif yang
ketiga adalah efektivitas organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan
kelompok, karenanya efektivitas organisasi juga terdiri dari efektivitas individu
dan kelompok. Melalui efek sinergi, organisasi mendapatkan tingkat efektivitas
yang lebih tinggi dibanding penjumlahan bagian-bagiannya. Kenyataannya, dasar
pemikiran organisasi dengan maksud agar dapat malakukan pekerjaan masyarakat
dimana mereka dapat melakukan lebih banyak pekerjaan dibanding bila mungkin
dilakukan oleh upaya individual. Hal ini terjadi
karena adanya individu-individu dan kelompok. Oleh karena itu, efektivitas
organisasi tercipta karena adanya efektivitas individu dan kelompok. Walaupun
demikian, efektivitas organisasi tidak hanya kumpulan
efektivitas individu dan kelompok, melainkan karena organisasi merupakan suatu
sistem kerja sama yang komplek, maka efektivitas ditentukan juga oleh
faktor-faktor seperti lingkungan, teknologi, strategi, struktur, proses dan
iklim kerjasama.
Berbagai
pendekatan dalam melihat efektivitas organisasi adalah:
1)
Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan
pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan
sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang
berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian
agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan
organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan:
a)
Organisasi harus mempunyai tujuan akhir.
b)
Tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan
ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti.
c)
Tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah
dikelola.
d)
Harus ada konsensus atau (kesepakatan umum mengenai
tujuan-tujuan tersebut),
e)
Oleh karena itu empat asumsi di atas menyatakan
bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan
ketimbang caranya.
Beberapa
permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah:
a)
Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi
sebagai suatu tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya. Tidak semua organisasi mempunyai tujuan (goal)
yang dapat diukur, karena tidak semua organisasi memproduksi tangibel output.
b) Tujuan jangka pendek sering kali berbeda dengan tujuan
jangka panjangnya. Kesulitan lain yang
mungkin muncul adalah mencapai mufakat tentang tujuan yang akan dicapai oleh
semua anggota dalam organisasi.
c) Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan
kesulitan. Kecendrungan organisasi
menetapkan lebih dari satu tujuan, dengan kemampuan mencapai tujuan yang satu
melemahkan kemampuan untuk mencapai tujuan yang lain. Di samping itu,
kadang-kadang terjadi kontradiksi antara tujuan yang satu dengan yang lainnya.
2)
Pendekatan sistem (system approach)
Teori sistem ini menekankan pentingnya organisasi
terhadap permintaan dari luar (external
demand) sebagai kriteria untuk menentukan efektivitas. Pendekatan
sistem terhadap pendekatan organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri
dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini
mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap
performa keseluruhan system.
Keefektifan
membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi
lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik
dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan
konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi
organisasi yang stabil.
Kekurangan yang
paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya dengan pengukuran dan
masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan akhir dari
pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir
sangat samara atau tidak dapat diukur.
Dapat disimpulan
bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu
dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan
keseimbangan.
3)
Pendekatan stakeholders
Dikatakan efektif
apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan
penghasilan , pegawai adalah kompensasi, tunjangan tambahan, kepuasaan pada
kondisi kerja , pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan ,
kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.
b.
Studi
Katz dan Kahn mengatakan bahwa untuk memastikan
keberhasilan akhir suatu organisasi harus dapat memenuhi tiga persyaratan
perilaku penting yaitu:
1)
Organisasi harus mampu
membina dan mempertahankan suatu armada kerja yang mantap terdiri dari personil
terampil.
2)
Organisasi harus dapat
menikmati prestasi peranan yang dapat diandalkan dari para personilnya, dalam
hal ini setiap personil bukan saja dituntut untuk bersedia berkarya, tetapi
juga harus melaksanakan tugas khusus yang menjadi tanggung jawab utamanya.
3)
Para personil harus
mengusahakan bertingkah laku yang spontan dan inovatif, dengan demikian setiap
personil jangan hanya bertingkahlaku
secara pasif saja (Steers, 1985: 135).
Bila pendapat tersebut diperhatikan, maka syarat pertama
yang diajukan berkisar pada masalah keterikatan pada organisasi, sedangkan
persyaratan kedua dan ketiga berhubungan dengan tingkat dan kualitas prestasi
kerja dalam organisasi. Aspek-aspek tersebut merupakan suatu proses yang
didasarkan pada perilaku dan struktur organisasi dan kemudian diarahkan pada
pencapaian hasil yang diinginkan.
Dari kacamata administrasi dan manajemen, dalam suatu
organisasi selalu ada seseorang atau beberapa orang yang bertanggungjawab untuk
mengkoordinasikan sejumlah orang untuk bekerjasama dengan segala aktivitas dan
fasilitasnya, dan organisasi itu sendiri terdiri dari individu-individu dan kelompok karena
efektivitas organisasi juga terdiri dari individu dan kelompok, tetapi efektivitas
organisasi lebih sekedar penjumlahan efektivitas individu dan kelompok melalui
efek sinergi, organisasi mendapatkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi
dibandingkan penjumlahan bagian-bagiannya.
Campbell (Steers, 1980: 43-44) mengemukakan beragam kriteria,
sebagai sebagian daftar ukuran univariasi efektivitas organisasi, yang
dapat dituliskan secara ringkas dan
relevan dengan organisasi pendidikan sebagai berikut:
Efektivitas Keseluruhan
|
:
|
Sejauhmana organisasi melaksanakan seluruh
tugas pokoknya atau mencapai semua sasarannya.
|
Kualitas
|
:
|
Kualitas dari program-program yang dihasilkan
oleh Organisasi pendidikan.
|
Pertumbuhan
|
:
|
Penambahan dalam hal-hal seperti siswa, sarana
prasarana pendidikan, kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan,dan inovasi
program pendidikan.
|
Pemanfaatan lingkungan
|
:
|
Keberhasilan organisasi berinteraksi dengan
lingkungannya.
|
Stabilitas
|
:
|
Pemeliharaan struktur, fungsi dan sumberdaya
sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit.
|
Semangat kerja
|
:
|
Kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih
keras untuk tujuan sasaran organisasi,
termasuk perasaan terikat.
|
Motivasi
|
:
|
Kekuatan kecenderungan seorang individu
melibatkan diri dalam kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan
(perasaan rela bekerja).
|
Kepuasan
|
:
|
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang
atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi.
|
Penerimaan Tujuan Organisasi
|
:
|
Diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh
setiap pribadi dan oleh unit-unit dalam organisasi.
|
Kepaduan-konflik Kepaduan
|
:
|
para anggota organisasi saling menyukai satu
sama lain, bekerjasama dengan baik, berkomunikasi sepenuhnya dan secara
terbuka dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka.
|
Keluwesan Adaptasi
|
:
|
Kemampuan organisasi untuk mengubah prosedur
standar operasinya jika lingkungan berubah.
|
Penilaian oleh pihak luar
|
:
|
Penilaian mengenai organisasi atau unit
organisasi oleh individu atau kelompok (organisasi) lain di lingkungan
sekitar organisasi yang bersangkutan.
|
c.
Proses
Konsep Efektivitas Organisasi (tak terkecuali organisasi sekolah)
selama ini melihat pada kinerja dari sistem input
(masukan), proses transformasi, output
(keluaran), yang kemudian ada feed back
dari output kepada input kembali, serta outcomes
(dampak) dari suatu output.
Kriteria keberhasilan pendidikan selama ini hanya mencakup
aspek proses pembelajaran (learning or
academic process), belum menunjuk kepada keberhasilan pengelolaan (managerial or administrative process and
activities), sehingga efisiensi dan efektivitas internal maupun eksternal
dari lembaga pendidikan tersebut belum dapat dilihat secara lebih jelas.
Kriteria keberhasilan organisasi umum dapat pula diterapkan untuk mengukur
keberhasilan lembaga pendidikan.
Efisiensi pendidikan dapat dijadikan pijakan untuk mengukur
keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari segi unsur sistem
sebagai berikut:
1)
Komponen masukan (input), fokus pada tingkat ketersediaan
dan pendayagunaan masukan instrumental dan masukan lingkungan (environmental) sebagai bahan pokok yang
digunakan dalam proses pembelajaran atau pelatihan. Masukan instrumental
mencakup antara lain tenaga kependidikan, fasilitas dan peralatan pendidikan,
bahan pelajaran, dana dan kemampuan administratif atau manajerial. Masukan environmental (lingkungan) antara lain
berupa daya dukung orangtua atau masyarakat, kondisi dan situasi lingkungan
fisik dan sosial.
2)
Pengukuran proses,
melihat dari tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran dan
pelatihan, yang mencakup antara lain perilaku manajemen, alokasi waktu efektif
untuk pembelajaran atau pelatihan, dan tingkah laku peserta didik.
3)
Keluaran (output), melihat dari tingkat pencapaian
(attainment) lembaga dan hasil
belajar (achievement) peserta didik,
seperti intake atau enrollment
yang semakin meningkat, jumlah tinggal kelas, tingkat pengetahuan dan
keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar atau berlatih, dan perubahan
sikap dan tingkah laku.
4)
Segi outcomes,
melihat dari dampak, hasil tidak langsung atau jangka panjang sebagai akibat
dari hasil proses pembelajaran atau pelatihan yang diperoleh oleh peserta
didik, penerimaan dan keberhasilan studi di jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, keberhasilan memperoleh pekerjaan, dan jumlah penghasilan yang
diperoleh.
Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang lebih luas
dan utuh telah dikemukakan Thomas yang memandang sekolah sebagai suatu sistem
terbuka, dan menyatakan bahwa sekolah yang produktif adalah sekolah yang
memiliki keseimbangan yang baik antara input dan output, yang dapat dilihat
dari segi:
1)
Fungsi produksi
administrator, yang menunjuk pada kuantitas dan kualitas input seperti: ukuran
kelas, kualifikasi pendidikan guru, konstruksi bangunan, ukuran dan isi
perpustakaan, dan peralatan laboratorium. Outputnya adalah pelayanan-pelayanan
yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa.
2)
Fungsi produksi
psikologis, yaitu perubahan tingkah laku siswa, termasuk penambahan ilmu
pengetahuan, pemahaman nilai-nilai dan peningkatan kemampuan berkomunikasi atau
berhubungan dengan orang lain.
3)
Fungsi produksi ekonomis,
yakni penghasilan tambahan yang diperoleh dari peningkatan suatu jenjang
sekolah dibandingkan dengan investasi untuk sekolah yang bersangkutan.
Menurut Pendapat Steers:
“ Sebuah
organisasi yang betul-betul efektif adalah suatu organisasi dimana orang-orang
yang berada di dalamnya tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah
dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih
bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam
usaha mencapai tujuan” (Steers, 1985: 176).
Pernyataan Steers menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya
berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai
tujuan.
D.
Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan di atas, efektivitas dapat
dikatakan sebagai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dari dua sudut
pandang. Sudut pandang pertama, dari
segi ‘hasil’ maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai. Kedua,
dari segi ‘usaha’ yang telah ditempuh
atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang ditentukan. Dengan
demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu
tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur
dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran-ukuran
tertentu sebagaimana yang telah digariskan dalam peraturan yang telah
ditetapkan.
Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi, di mana
kedua kata tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan
atau hasil yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian
juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah
efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang
tepat untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien
adalah hasil dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang
dilakukan.
Perspektif efektivitas dapat diidentifikasi
menjadi tiga yaitu efektivitas individu, efektivitas kelompok, dan efektivitas
organisasi. Tingkat yang paling dasar adalah efektivitas individu, yang
menekankan pada kinerja tugas dari karyawan tertentu atau anggota organisasi.
Efektivitas kelompok secara sederhana adalah jumlah kontribusi seluruh anggota.
Perspektif yang ketiga adalah efektivitas organisasi. Melalui efek sinergi,
organisasi mendapatkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibanding
penjumlahan bagian-bagiannya.
Pendekatan efektifitas terdiri dari pendekatan
tujuan dan pendekatan teori sistem. Pendekatan tujuan menetapkan suatu target yang
akan dicapai oleh organisasi dan efektivitas ditentukan dengan mengukur
tercapainya tujuan (target) tersebut. Pendekatan teori sistem menekankan
pentingnya organisasi terhadap permintaan dari luar (external demand) sebagai kriteria untuk menentukan efektivitas.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur
efektivitas dikelompokkan sesuai dengan ukuran dimensi waktu, yaitu: kriteria
efektivitas jangka pendek, kriteria efektivitas jangka menengah, kriteria
efektivitas jangka panjang.
Permasalahan
efektivitas dan kualitas organisasional bisa dikatakan merupakan konsep-konsep
kunci dalam keberhasilan sekolah, kita menyebut output dari sekolah sebagai
sebuah fungsi dari interaksi struktur, output-output sekolah merupakan hasil
prestasi dari guru, murd, dan para administrator yang bisa digunakan sebagai
indikator dari efektifitas organisasional dan dapat dinilai untuk kualitas
mereka.
Konsep efektifitas
sangat penting, tetapi kurang diperhatikan dalam analisa organisasional. Ia
merupakan puncak karena seluruh teori praktek administrative dan organisasional
benar-benar ditujukan untuk mengidentifikasi dan menciptakan pelaksanaan yang
efektif
Tidak ada komentar:
Posting Komentar