Warning


SELAMAT DATANG CALON SANTRI BARU ANGKATAN KEDUA
PESANTREN MBS CILACAP

Kamis, 20 November 2014

EFEKTIVITAS ORGANISASI SEKOLAH: Model, Studi dan Proses

EFEKTIVITAS ORGANISASI SEKOLAH: Model, Studi dan Proses
Oleh: Drs. EDI PRAYITNO, M.Pd
(Guru IPA SMA Negeri 1 Bumiayu Brebes)



A.     Pendahuluan
Manusia sebagai makhluk sosial pada hakikatnya ingin hidup bermasyarakat, mempunyai kecendrungan bekerja sama dan saling tergantung antara yang satu dengan yang lain. Banyak pekerjaan secara individu tidak dapat dikerjakan namun dapat diselesaikan secara brsama-sama. Organisasi merupakan wadah yang terdiri dari kumpulan orang-orang yang melakukan pekerjaan secara bersama-sama untuk mencapai tujuan bersama (Suprihanto: 2003:1).
Setiap organisasi mempunyai tujuan yang ingin dicapai. Agar tujuan tujuan yang telah ditetapkan itu tercapai, maka organisasi perlu menjalankan kegiatan-kegiatan operasional dan fungsional. Dengan dibentuk organisasi, pembagian tugas, wewenang, tanggung jawab, pelaporan, dan hubungan antara orang-orang (anggota) dalam organisasi menjadi jelas, sehingga mekanisme menuju pencapaian tujuan organisasi semakin mudah.
Lingkungan yang selalu berubah dan berkembang, menuntut semua organisasi untuk selalu menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Untuk itu organisasi yang dibentuk harus bersifat fleksibel dan dinamis sesuai dengan kebutuhan anggota yang disesuaikan dengan keadaan lingkungan.
Efektivitas dapat diartikan sebagai prestasi (performance) individu, kelompok, dan organisasi. Semakin berprestasi seseorang, kelompok, ataupun organisasi, semakin menunjukkan efektivitasnya. Analisis terhadap perilaku organisasi terdiri dari tingkatan (level) yaitu tingkatan individu, kelompok, dan organisasi. Tanggung jawab terhadap ketiga tingkatan efektivitas merupakan tanggung jawab manajerial (managerial responsibility).
Efektivitas manajemen dari berbagai organisasi dan sumber daya manusia saat ini sedang menghadapi tantangan yang sangat besar. Belum ada kesepakatan tentang apa dimensi atau elemen yang dicakup konsep efektivitas, apa kriteria yang harus digunakan untuk pengukuran efektivitas, tingkat analisis nama yang tepat, dan kelompok kegiatan organisasi mana yang mencerminkan pusat perhatian untuk studi efektivitas.
Keberhasilan dan kinerja seseorang dalam suatu bidang pekerjaan banyak  ditentukan oleh tingkat kompetensi, profesionalisme juga komitmen terhadap bidang yang ditekuninya. Suatu komitmen organisasional menunjukkan suatu daya dari sesorang dalam mengidentifikasikan keterlibatan dalam suatu organisasi. Oleh karena itu komitmen organisasional akan menimbulkan rasa ikut memiliki (sense of belonging) bagi pekerja terhadap organisasi. Terjadinya perubahan-perubahan dalam organisasi juga mempunyai dampak pada terjadinya perubahan dalam tugas dan kewajiban pegawai. Para pegawai  diharapkan menjadi lebih kreatif mencari cara baru untuk memperbaiki efektivitas dan efisiensi kerja di organisasi. Ketika organisasi mengurangi jumlah pegawai, organisasi itu akan lebih tergantung pada pegawai yang tetap tinggal untuk melakukan hal-hal melebihi apa yang ditugaskan kepada mereka.
Demikian halnya dengan sikap pada budaya organisasi yang juga dipandang sebagai faktor yang memberi pengaruh terhadap peningkatan efektivitas organisasi. Budaya organisasi memiliki tujuan untuk mengubah sikap dan juga perilaku SDM yang ada agar dapat meningkatkan produktivitas kerja untuk menghadapi berbagai tantangan di masa yang akan datang. Budaya organisasi dapat dibentuk oleh mereka yang terlibat dengan organisasi dengan mengacu pada etika organisasi, peraturan kerja, dan struktur organisasi. Bersama-sama dengan struktur organisasi, budaya organisasi membentuk dan mengendalikan perilaku organisasi dan perilaku pegawainya. Berkaitan dengan nilai profesional yang dianut, maka pegawai seharusnya adaptif terhadap perubahanperubahan nilai budaya organisasi. Sikap terhadap budaya organisasi menjadi lebih bermakna dalam mempercepat atau memperlambat kemampuan adaptif ini. Apabila pegawai memiliki nilai individual yang bertentangan dengan budaya organisasi, hal ini menunjukkan tingkat afeksi yang rendah, demikian pula sebaliknya. Dalam hal ini harus ada fakta yang jelas bagaimana sikap pegawai terhadap budaya organisasi yang berlaku.

B.     Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas, maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut:
1.      Apa yang disebut dengan efektivitas organisasi sekolah?.
2.      Bagaimana model dan proses terjadinya efektivitas organisasi sekolah?.

C.     Pembahasan
1.      Efektivitas Organisasi Sekolah
Efektivitas berasal dari kata dalam bahasa Inggris yaitu effectiveness yang berarti efektifitas, keefektifan, kemujaraban, kemanjuran, dan keampuhan. Effectiveness sendiri erat kaitannya dengan kata effect dan effective. Effect berarti efek, akibat, kesan, kemanjuran, dampaknya, dan pengaruh. Effective berarti efektif, manjur, ampuh, berlaku, mujarab, berpengaruh, dan berhasil guna.
Terdapat banyak rumusan efektifitas, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dikemukakan efektif berarti ada efeknya (akibatnya, pengaruhnya, kesannya), manjur atau mujarab, dapat membawa hasil. Masih menurut Kamus Besar bahasa Indonesia, definisi efektifitas adalah sesuatu yang memiliki pengaruh atau akibat yang ditimbulkan, manjur, membawa hasil dan merupakan keberhasilan dari suatu usaha atau tindakan (KBBI, 2002: 215).
Efektivitas merujuk pada kemampuan untuk memiliki tujuan yang tepat atau mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Efektivitas juga berhubungan dengan masalah bagaimana pencapaian tujuan atau hasil yang diperoleh, kegunaan atau manfaat dari hasil yang diperoleh, tingkat daya fungsi unsur atau komponen, serta masalah tingkat kepuasaan pengguna/client.
Berdasarkan Ensiklopedi Umum Administrasi (1979: 387), efektivitas berasal dari kata  kerja efektif, berarti terjadinya suatu akibat atau efek yang dikehendaki dalam perbuatan. Setiap pekerjaan yang efektif belum tentu efisien, karena mungkin hasil dicapai dengan penghamburan material, juga berupa pikiran, tenaga, waktu, maupun benda lainnya
Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi, dimana kedua kata tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan atau hasil yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.
Dari pengertian di atas, efektivitas dapat dikatakan sebagai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama, dari segi ‘hasil’ maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai.  Kedua, dari segi ‘usaha’  yang telah ditempuh atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang ditentukan. Dengan demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran–ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan dalam peraturan yang telah ditetapkan.
2.      Model dan Proses Efektivitas Organisasi Sekolah
a.    Model
Perspektif efektivitas dapat diidentifikasi menjadi tiga yaitu efektivitas individu, efektivitas kelompok, dan efektivitas organisasi (Gibson, 1997: 25).
Tingkat yang paling dasar adalah efektivitas individu, yang menekankan pada kinerja tugas dari karyawan tertentu atau anggota organisasi. Tugas yang dikerjakan merupakan bagian pekerjaan atau posisi dalam organisasi. Manajer secara rutin menilai efektivitas individu melalui proses evaluasi prestasi untuk menentukan siapa yang akan menerima kenaikan gaji, promosi, dan balas jasa lain yang tersedia dalam organisasi (Gibson,1996:29).
Efektivitas individu berada pada bagian dasar dalam konteks organisasi. Perspektif individu menekankan pada penampilan setiap anggota dalam melaksanakan tugasnya. Kemampuan individu dalam melaksanakan tugasnya secara efektif sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti: keterampilan, pengetahuan, kecakapan, sikap, motivasi, dan tekanan atau stress.
Individu jarang bekerja sendiri, dalam bentuk isolasi dari rekan lain dalam organisasi. Biasanya, karyawan bekerja dalam kelompok, sehingga masih diperlukan perspektif lain dari efektivitas yakni efektivitas kelompok. Efektivitas kelompok secara sederhana adalah jumlah kontribusi seluruh anggota. Efektivitas kelompok adalah lebih besar dibanding hanya penjumlah efektivitas individu karena sinergi terbentuk malalui usaha bersama.
Perspektif yang ketiga adalah efektivitas organisasi. Organisasi terdiri dari individu dan kelompok, karenanya efektivitas organisasi juga terdiri dari efektivitas individu dan kelompok. Melalui efek sinergi, organisasi mendapatkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibanding penjumlahan bagian-bagiannya. Kenyataannya, dasar pemikiran organisasi dengan maksud agar dapat malakukan pekerjaan masyarakat dimana mereka dapat melakukan lebih banyak pekerjaan dibanding bila mungkin dilakukan oleh upaya individual. Hal ini terjadi karena adanya individu-individu dan kelompok. Oleh karena itu, efektivitas organisasi tercipta karena adanya efektivitas individu dan kelompok. Walaupun demikian, efektivitas organisasi tidak hanya kumpulan efektivitas individu dan kelompok, melainkan karena organisasi merupakan suatu sistem kerja sama yang komplek, maka efektivitas ditentukan juga oleh faktor-faktor seperti lingkungan, teknologi, strategi, struktur, proses dan iklim kerjasama.
Berbagai pendekatan dalam melihat efektivitas organisasi adalah:
1)   Pendekatan pencapaian tujuan (goal attainment approach)
Pendekatan pencapaian tujuan mengasumsi bahwa organisasi adalah kesatuan yang dibuat dengan sengaja, rasional, dan mencari tujuan. Oleh karena itu, pencapaian tujuan yang berhasil menjadi sebuah ukuran yang tepat tentang keefektifan. Namun demikian agar pencapaian tujuan bisa menjadi ukuran yang sah dalam mengukur keefektifan organisasi, asumsi-asumsi lain juga harus diperhatikan:
a)    Organisasi harus mempunyai tujuan akhir.
b)   Tujuan-tujuan tersebut harus diidentifikasi dan ditetapkan dengan baik agar dapat dimengerti.
c)    Tujuan-tujuan tersebut harus sedikit saja agar mudah dikelola.
d)   Harus ada konsensus atau (kesepakatan umum mengenai tujuan-tujuan tersebut),
e)    Oleh karena itu empat asumsi di atas menyatakan bahwa keefektifan sebuah organisasi harus dinilai dengan pencapaian tujuan ketimbang caranya.
Beberapa permasalahan dalam pendekatan ini antara lain adalah:
a)    Apa yang dinyatakan secara resmi oleh sebuah organisasi sebagai suatu tujuan tidak selalu mencerminkan tujuan yang sebenarnya. Tidak semua organisasi mempunyai tujuan (goal) yang dapat diukur, karena tidak semua organisasi memproduksi tangibel output.
b) Tujuan jangka pendek sering kali berbeda dengan tujuan jangka panjangnya. Kesulitan lain yang mungkin muncul adalah mencapai mufakat tentang tujuan yang akan dicapai oleh semua anggota dalam organisasi.
c) Organisasi yang memiliki tujuan majemuk akan menciptakan kesulitan. Kecendrungan organisasi menetapkan lebih dari satu tujuan, dengan kemampuan mencapai tujuan yang satu melemahkan kemampuan untuk mencapai tujuan yang lain. Di samping itu, kadang-kadang terjadi kontradiksi antara tujuan yang satu dengan yang lainnya.
2)   Pendekatan sistem (system approach)
Teori sistem ini menekankan pentingnya organisasi terhadap permintaan dari luar (external demand) sebagai kriteria untuk menentukan efektivitas. Pendekatan sistem terhadap pendekatan organisasi mengimplikasikan bahwa organisasi terdiri dari sub-sub bagian yang saling berhubungan. Jika salah satu sub bagian ini mempunyai performa yang buruk, maka akan timbul dampak yang negative terhadap performa keseluruhan system.
Keefektifan membutuhkan kesadaran dan interaksi yang berhasil dengan konstituensi lingkungan. Manajemen tidak boleh gagal dalam mempertahankan hubungan yang baik dengan para pelanggan, pemasok, lembaga pemerintahan, serikat buruh, dan konstituensi sejenis yang mempunyai kekuatan untuk mengacaukan operasi organisasi yang stabil.
Kekurangan yang paling menonjol dari pendekatan system adalah hubungannya dengan pengukuran dan masalah apakah cara-cara itu memang benar-benar penting. Keunggulan akhir dari pendekatan system adalah kemampuannya untuk diaplikasikan jika tujuan akhir sangat samara atau tidak dapat diukur.
Dapat disimpulan bahwa organisasi terdiri sub bagian yang saling berhubungan, oleh karena itu dinilai berdasarkan kemampuannya untuk dan mempertahankan stabilitas dan keseimbangan.
3)    Pendekatan stakeholders
Dikatakan efektif apabila dapat memenuhi bagi pemilik adalah laba atau investasi, pertumbuhan penghasilan , pegawai adalah kompensasi, tunjangan tambahan, kepuasaan pada kondisi kerja , pelanggan adalah kepuasan terhadap harga, kualitas, pelayanan , kreditur adalah kemampuan untuk membayar hutang.
b.    Studi
Katz dan Kahn mengatakan bahwa untuk memastikan keberhasilan akhir suatu organisasi harus dapat memenuhi tiga persyaratan perilaku penting yaitu:
1)   Organisasi harus mampu membina dan mempertahankan suatu armada kerja yang mantap terdiri dari personil terampil.

2)   Organisasi harus dapat menikmati prestasi peranan yang dapat diandalkan dari para personilnya, dalam hal ini setiap personil bukan saja dituntut untuk bersedia berkarya, tetapi juga harus melaksanakan tugas khusus yang menjadi tanggung jawab utamanya.

3)   Para personil harus mengusahakan bertingkah laku yang spontan dan inovatif, dengan demikian setiap personil jangan hanya  bertingkahlaku secara pasif saja (Steers, 1985: 135).

Bila pendapat tersebut diperhatikan, maka syarat pertama yang diajukan berkisar pada masalah keterikatan pada organisasi, sedangkan persyaratan kedua dan ketiga berhubungan dengan tingkat dan kualitas prestasi kerja dalam organisasi. Aspek-aspek tersebut merupakan suatu proses yang didasarkan pada perilaku dan struktur organisasi dan kemudian diarahkan pada pencapaian hasil yang diinginkan.
Dari kacamata administrasi dan manajemen, dalam suatu organisasi selalu ada seseorang atau beberapa orang yang bertanggungjawab untuk mengkoordinasikan sejumlah orang untuk bekerjasama dengan segala aktivitas dan fasilitasnya, dan organisasi itu sendiri terdiri dari  individu-individu dan kelompok karena efektivitas organisasi juga terdiri dari individu dan kelompok, tetapi efektivitas organisasi lebih sekedar penjumlahan efektivitas individu dan kelompok melalui efek sinergi, organisasi mendapatkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibandingkan penjumlahan bagian-bagiannya.
Campbell (Steers, 1980: 43-44) mengemukakan beragam kriteria, sebagai sebagian daftar ukuran univariasi efektivitas organisasi, yang dapat  dituliskan secara ringkas dan relevan dengan organisasi pendidikan sebagai berikut:

Efektivitas Keseluruhan
:
Sejauhmana organisasi melaksanakan seluruh tugas pokoknya atau mencapai semua sasarannya.
Kualitas
:
Kualitas dari program-program yang dihasilkan oleh Organisasi pendidikan.
Pertumbuhan
:
Penambahan dalam hal-hal seperti siswa, sarana prasarana pendidikan, kompetensi tenaga pendidik dan kependidikan,dan inovasi program pendidikan.
Pemanfaatan lingkungan
:
Keberhasilan organisasi berinteraksi dengan lingkungannya.
Stabilitas
:
Pemeliharaan struktur, fungsi dan sumberdaya sepanjang waktu, khususnya dalam periode-periode sulit.
Semangat kerja
:
Kecenderungan anggota organisasi berusaha lebih keras untuk  tujuan sasaran organisasi, termasuk perasaan terikat.
Motivasi
:
Kekuatan kecenderungan seorang individu melibatkan diri dalam kegiatan yang berarahkan sasaran dalam pekerjaan (perasaan rela bekerja).
Kepuasan
:
Tingkat kesenangan yang dirasakan seseorang atas peranan atau pekerjaannya dalam organisasi.
Penerimaan Tujuan Organisasi
:
Diterimanya tujuan-tujuan organisasi oleh setiap pribadi dan oleh unit-unit dalam organisasi.
Kepaduan-konflik Kepaduan
:
para anggota organisasi saling menyukai satu sama lain, bekerjasama dengan baik, berkomunikasi sepenuhnya dan secara terbuka dan mengkoordinasikan usaha kerja mereka.
Keluwesan Adaptasi
:
Kemampuan organisasi untuk mengubah prosedur standar operasinya jika lingkungan berubah.
Penilaian oleh pihak luar
:
Penilaian mengenai organisasi atau unit organisasi oleh individu atau kelompok (organisasi) lain di lingkungan sekitar organisasi yang bersangkutan.

c.    Proses
Konsep Efektivitas Organisasi (tak terkecuali organisasi sekolah) selama ini melihat pada kinerja dari sistem input (masukan), proses transformasi, output (keluaran), yang kemudian ada feed back dari output kepada input kembali, serta outcomes (dampak) dari suatu output.
Kriteria keberhasilan pendidikan selama ini hanya mencakup aspek proses pembelajaran (learning or academic process), belum menunjuk kepada keberhasilan pengelolaan (managerial or administrative process and activities), sehingga efisiensi dan efektivitas internal maupun eksternal dari lembaga pendidikan tersebut belum dapat dilihat secara lebih jelas. Kriteria keberhasilan organisasi umum dapat pula diterapkan untuk mengukur keberhasilan lembaga pendidikan.
Efisiensi pendidikan dapat dijadikan pijakan untuk mengukur keberhasilan suatu lembaga pendidikan dapat dilihat dari segi unsur sistem sebagai berikut:
1)   Komponen masukan (input), fokus pada tingkat ketersediaan dan pendayagunaan masukan instrumental dan masukan lingkungan (environmental) sebagai bahan pokok yang digunakan dalam proses pembelajaran atau pelatihan. Masukan instrumental mencakup antara lain tenaga kependidikan, fasilitas dan peralatan pendidikan, bahan pelajaran, dana dan kemampuan administratif atau manajerial. Masukan environmental (lingkungan) antara lain berupa daya dukung orangtua atau masyarakat, kondisi dan situasi lingkungan fisik dan sosial.

2)   Pengukuran proses, melihat dari tingkat efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pembelajaran dan pelatihan, yang mencakup antara lain perilaku manajemen, alokasi waktu efektif untuk pembelajaran atau pelatihan, dan tingkah laku peserta didik.

3)   Keluaran (output), melihat dari tingkat pencapaian (attainment) lembaga dan hasil belajar (achievement) peserta didik, seperti  intake  atau enrollment yang semakin meningkat, jumlah tinggal kelas, tingkat pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh dari hasil belajar atau berlatih, dan perubahan sikap dan tingkah laku.

4)   Segi  outcomes, melihat dari dampak, hasil tidak langsung atau jangka panjang sebagai akibat dari hasil proses pembelajaran atau pelatihan yang diperoleh oleh peserta didik, penerimaan dan keberhasilan studi di jenjang pendidikan yang lebih tinggi, keberhasilan memperoleh pekerjaan, dan jumlah penghasilan yang diperoleh.

Ukuran keberhasilan penyelenggaraan pendidikan yang lebih luas dan utuh telah dikemukakan Thomas yang memandang sekolah sebagai suatu sistem terbuka, dan menyatakan bahwa sekolah yang produktif adalah sekolah yang memiliki keseimbangan yang baik antara input dan output, yang dapat dilihat dari segi:
1)   Fungsi produksi administrator, yang menunjuk pada kuantitas dan kualitas input seperti: ukuran kelas, kualifikasi pendidikan guru, konstruksi bangunan, ukuran dan isi perpustakaan, dan peralatan laboratorium. Outputnya adalah pelayanan-pelayanan yang diberikan untuk memenuhi kebutuhan pendidikan siswa.

2)   Fungsi produksi psikologis, yaitu perubahan tingkah laku siswa, termasuk penambahan ilmu pengetahuan, pemahaman nilai-nilai dan peningkatan kemampuan berkomunikasi atau berhubungan dengan orang lain.

3)   Fungsi produksi ekonomis, yakni penghasilan tambahan yang diperoleh dari peningkatan suatu jenjang sekolah dibandingkan dengan investasi untuk sekolah yang bersangkutan.

Menurut Pendapat Steers:
“ Sebuah organisasi yang betul-betul efektif adalah suatu organisasi dimana orang­-orang yang berada di dalamnya tidak hanya melaksanakan pekerjaan yang telah dibebankan saja tetapi juga membuat suasana supaya para pekerja lebih bertanggung jawab, bertindak secara kreatif demi peningkatan efisiensi dalam usaha mencapai tujuan” (Steers, 1985: 176).

Pernyataan Steers menunjukkan bahwa efektivitas tidak hanya berorientasi pada tujuan melainkan berorientasi juga pada proses dalam mencapai tujuan.

D.     Kesimpulan
Berdasarkan dari pembahasan di atas, efektivitas dapat dikatakan sebagai keberhasilan pencapaian tujuan organisasi dari dua sudut pandang. Sudut pandang pertama, dari segi ‘hasil’ maka tujuan atau akibat yang dikehendaki telah tercapai.  Kedua, dari segi ‘usaha’  yang telah ditempuh atau dilaksanakan telah tercapai, sesuai dengan yang ditentukan. Dengan demikian pengertian efektivitas dapat dikatakan sebagai taraf tercapainya suatu tujuan tertentu, baik ditinjau dari segi hasil, maupun segi usaha yang diukur dengan mutu, jumlah serta ketepatan waktu sesuai dengan prosedur dan ukuran-ukuran tertentu sebagaimana yang telah digariskan dalam peraturan yang telah ditetapkan.
Kata efektivitas sering diikuti dengan kata efisiensi, di mana kedua kata tersebut sangat berhubungan dengan produktivitas dari suatu tindakan atau hasil yang diinginkan. Suatu yang efektif belum tentu efisien, demikian juga sebaliknya suatu yang efisien belum tentu efektif. Dengan demikian istilah efektif adalah melakukan pekerjaan yang benar dan sesuai serta dengan cara yang tepat untuk mencapai suatu tujuan yang telah direncanakan. Sedangkan efisien adalah hasil dari usaha yang telah dicapai lebih besar dari usaha yang dilakukan.
Perspektif efektivitas dapat diidentifikasi menjadi tiga yaitu efektivitas individu, efektivitas kelompok, dan efektivitas organisasi. Tingkat yang paling dasar adalah efektivitas individu, yang menekankan pada kinerja tugas dari karyawan tertentu atau anggota organisasi. Efektivitas kelompok secara sederhana adalah jumlah kontribusi seluruh anggota. Perspektif yang ketiga adalah efektivitas organisasi. Melalui efek sinergi, organisasi mendapatkan tingkat efektivitas yang lebih tinggi dibanding penjumlahan bagian-bagiannya.
Pendekatan efektifitas terdiri dari pendekatan tujuan dan pendekatan teori sistem. Pendekatan tujuan menetapkan suatu target yang akan dicapai oleh organisasi dan efektivitas ditentukan dengan mengukur tercapainya tujuan (target) tersebut. Pendekatan teori sistem menekankan pentingnya organisasi terhadap permintaan dari luar (external demand) sebagai kriteria untuk menentukan efektivitas.
Kriteria yang digunakan untuk mengukur efektivitas dikelompokkan sesuai dengan ukuran dimensi waktu, yaitu: kriteria efektivitas jangka pendek, kriteria efektivitas jangka menengah, kriteria efektivitas jangka panjang.
Permasalahan efektivitas dan kualitas organisasional bisa dikatakan merupakan konsep-konsep kunci dalam keberhasilan sekolah, kita menyebut output dari sekolah sebagai sebuah fungsi dari interaksi struktur, output-output sekolah merupakan hasil prestasi dari guru, murd, dan para administrator yang bisa digunakan sebagai indikator dari efektifitas organisasional dan dapat dinilai untuk kualitas mereka.
Konsep efektifitas sangat penting, tetapi kurang diperhatikan dalam analisa organisasional. Ia merupakan puncak karena seluruh teori praktek administrative dan organisasional benar-benar ditujukan untuk mengidentifikasi dan menciptakan pelaksanaan yang efektif



 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar